Bermitra dengan Universitas Teknik Berlin, Jerman, Lapan merancang bangun satelit mikro Lapan A-2 dan A-3.
Sateli observasi terus dikembangkan di dunia untuk berbagai aplikasi, mulai dari pembuatan peta, survei sumber daya alam, pemantauan transportasi kapal, hingga bencana. Di Indonesia, beberapa lembaga riset mulai aktif mengembangkan satelit pengindraan jauh sejak tahun 2000.
Bermitra dengan Universitas Teknik Berlin, Jerman, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) merancang bangun satelit mikro Lapan A-2 dan A-3, yang masing-masing diluncurkan tahun 2013 dan 2014. Satelit Lapan A-2 didesain untuk tiga misi, yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir.
Peluncuran, menurut Kepala Lapan Bambang S Tejasukmana, akhir pekan lalu, rencananya pada Juni 2013 dengan roket India ke orbit inklanasi rendah dengan ketinggian 650 kilometer.
Dengan berat 78 kilogram, satelit Lapan A-2 membawa muatan automatic identification system receiver dan automatic packet reporting system. "Uji coba fungsi sistem itu antara lain untuk transmisi data dari kapal di Pelabuhan Tanjung priok hingga ke stasiun bumi Lapan berhasil baik," ujar Kepala Pusat Teknologi Satelit Suhermanto.
Penguasaan teknologi satelit mulai tahun 2012 hingga 2016, lanjut Bambang, merupakan periode transisi bagi Lapan dari fase eksperimen ke operasional. "Tahun depan, Lapan akan mengarah pada pembuatan satelit berbobot 110 kilogram, yang merupakan generasi keempat, Lapan A-4. Peluncuran pada 2015-2016," ujarnya.
Kerja sama juga dijalani antara Kementerian Ristek dan Teknologi (Kemenristek) dan Badan Ruang Angkasa Jepang (JAXA) dalam program Indonesia Japan Joint Airborne Pi-SAR-L2 Campaign. Pada program riset itu, kata Muhamad Sadly, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Ristek selaku koordinator tim Indonesia. Sedangkan BPPT sebagai koordinator teknis.
"Satelit ini akan diluncurkan pada bulan November 2013," kata Sadly. Menurut Sadly, kegiatan ini adalah salah satu jalur untuk melangkah pada kegiatan yang lebih besar dan strategis, yaitu pembangunan Sistem Satelit Pengindaraan Bumi Indonesia (Ina-SAT) dan Sistem Informasi Kebumian Indonesia (Ina-ICEO) dalam kerangka konsorsium nasional yang melibatkan semua institusi terkait di Indonesia.
(Zika Zakiya. Sumber: Kompas)
0 comments:
Post a Comment
~Terima Kasih Banyak~
Jangan Lupa Beri Komentarnya yah..